Pages

    Monday, February 22, 2010

    Internet jadi ‘Kambing Hitam’


    Baru-baru ini kita telah saksikan maraknya pemberitaan di media tentang kriminalitas lewat dunia maya. Sebetulnya adakah hikmah yang kita bisa ambil dari situ? Kalau ada, bagaimana menurut analisa Anda dan apa hikmahnya bagi Anda? Tidak hanya sebagai orang tua saja. Tapi juga sebagai seorang blogger, wartawan, pengamat, civitas pendidikan (pelajar dan mahasiswa), peselancar sejati dunia maya, dan pihak-pihak lain yang – baik secara langsung, maupun tidak langsung – membutuhkan internet tiap harinya?

    “Ketika anak anda mengakses … See More konten porno, apa yang akan anda lakukan? berdiam diri? menyita komputer/hp? tentu saja seorang pemimpin, pengayom, pendidik akan merasa bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada anak buah/anak didiknya, terutama dalam bidang yang bersangkutan,”detikcom

    Sebelum saya membaca kutipan-kutipan tersebut, beberapa hari yang lalu saya sempat menonton sebuah acara talkshow di salah satu TV swasta baru dengan mengundang Pak Nukman Luthfie sebagai narasumber. Topiknya (saya tidak ingat persis) adalah tentang ’Kejahatan lewat Facebook’. Sebagian besar pembahasannya adalah justru tentang hilangnya anak remaja bernama Nova dan salah satu temannya Nova (Ari) dihadirkan sebagai narasumber juga, berdampingan dengan Pak Nukman.

    Yang sangat menarik perhatian saya adalah komentar-komentar SMS dari beberapa warga Indonesia mengenai internet (Facebook) yang ditayangkan secara rolling di bagian bawah layar televisi. Komentar-komentar tersebut menurut saya sangat dangkal dan emosional. Tidak heran banyak sekali teman-teman di Twitter meluapkan kekecewaannya atas komentar-komentar tersebut. Beberapa komentar yang saya sempat ingat adalah:
    - Internet itu adalah sarang maksiat baru..
    - Facebook mengancam anak saya
    - Sebaiknya ditiadakan saja internet itu. Tidak ada bagusnya!

    Ini jadi mengingatkan saya atas kasus yang terjadi di sekitar tahun 2006 – 2007, tentang penurunan tayang acara WWF Smackdown di salah satu stasiun TV Kebanggaan Bersama Indonesia. Banyak sekali orang tua yang marah dan menuntut dihilangkannya program tersebut. Saya pikir…kok ya lebay sih? Setahu saya, acara tersebut ditayangkan Pukul 11 malam dan tidak pada akhir pekan. Yang saya ingin tanyakan kepada para orang tua; Apakah seharusnya anak Anda masih bangun jam segitu? Bukannya besok sekolah? Lalu apa peran orang tua dong di pendidikan dalam keluarga?

    Kesamaan dari kedua kasus di atas yang saya tangkap adalah kebiasaan untuk tidak mengintrospeksi diri sendiri terlebih dahulu dan secara prematur melimpahkan kesalahan kepada pihak lain. Program WWF Smackdown dan internet menjadi ’kambing hitam’. Seperti sudah disebutkan di Terms and Conditions Facebook bahwa di umur tertentu, anak-anak DILARANG berpartisipasi di situs jejaring sosial terbesar saat ini. Dan, acara WWF Smackdown ditayangkan BUKAN pada akhir pekan dan penayangannya pun jam 11 malam. Kalau sampe anak-anak lolos, apa iya media/program ini yang harus dipersalahkan? Harusnya bisa lebih kritis daripada menuding tanpa berpikir.

    Semua media dituntut untuk memberikan hiburan dan informasi tidak hanya kepada anak-anak. Dan saya yakin rekan-rekan media sudah memikirkan dengan matang cara penyajiannya agar tidak menanamkan moral buruk kepada umur-umur yang tidak seharusnya. Akan tetapi, hal ini tidak bisa berjalan dari hanya satu sisi saja. Masyarakat dimohon juga berpikir lebih kritis dalam menyikapi dan bersikap. Daripada saling gontok-gontokan, bukankah lebih indah untuk saling mendukung?

    0 comments:

    Post a Comment