Pages

    Monday, August 8, 2011

    After Social Media, What is Next?

    Wah lama banget ga nulis. Akhirnya dapat waktu yang tepat nih buat sharing. Hmm..saya ceritakan sedikit latar belakang kenapa saya tertarik membahas topik yang satu ini ya.

    Hampir setahun yang lalu saya ngobrol-ngobrol dengan beberapa kolega saya. Kami masih membahas tentang prospek bisnis dan apa yang bisa dilakukan dengan Social Media. In short, we were walking about Social Media Marketing dan bagaimana agensi-agensi periklanan lokal bisa berkontribusi terhadap kemajuan brand-brand di Indonesia, digital-wise. Lalu terlontar pertanyaan, “masa iya cuma dari Social Media doang? Itu pun terjadinya karena dipicu oleh Social Media frenzy by our (Indonesian) people. Kasarnya, the market is there and so does the business will be. Correct?” Sampai sekarang, menurut saya Social Media memberikan kontribusi dan pra-edukasi yang cukup baik terhadap masyarakat Indonesia, untuk akhirnya sekitar 45 jutaan orang sudah mulai mengenal internet.

    Begitu pertanyaan itu dilemparkan ke dalam forum, saya nyeletuk, “SEM&SEO CAN be the next big thing.” Apa sih SEM (Search Engine Marketing) dan SEO (Search Engine Optimization) itu? Dua-duanya sebetulnya ‘saudaraan’. Jadi, saya sedikit bantu jabarkan definisi SEO saja ya:


    Optimisasi mesin pencari (bahasa Inggris: Search Engine Optimization, biasa disingkat SEO) adalah serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan volume dan kualitas trafik kunjungan melalui mesin pencari menuju situs web tertentu dengan memanfaatkan mekanisme kerja atau algoritma mesin pencari tersebut. Tujuan dari SEO adalah menempatkan sebuah situs web pada posisi teratas, atau setidaknya halaman pertama hasil pencarian berdasarkan kata kunci tertentu yang ditargetkan. Secara logis, situs web yang menempati posisi teratas pada hasil pencarian memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pengunjung.

    Source: Wikipedia

    In short, SEM itu bayar, sedangkan SEO bisa bayar (jasa freelance) atau dikerjakan sendiri. Pada umumnya para klien akan menggunakan jasa SEM, melalui agensi terlebih dahulu. Gunanya adalah untuk mempelajari workflow dari SEM, lalu diimplementasikan dan dibuat lebih detil di SEO. Dua-duanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadi yang teratas di situs mesin pencari (untuk di Indonesia saat ini) Google. Why Google? Informasi yang saya dapatkan dari rekan-rekan di Google Singapore adalah bahwa di Indonesia, 95% masyarakatnya menggunakan Google untuk mencari informasi di internet.

    Intermezzo: Oiya, saya berani sump*h kalau ini blogging #takberbayar :D


    Nah, kenapa saya bilang SEM&SEO bisa besar? Tidak cuma konsumen yang makin piawai menggunakan fasilitas di internet, tetapi para brand manager juga sudah mulai giat mencari celah untuk mendapatkan Top-of-Mind, bahkan di dunia digital. Setelah mencoba, mempelajari, dan melihat hasil dari penggunaan social media dan digital ad placement, baik di situs-situs besar maupun situs-situs yang niche, di kegiatan pemasaran mereka, maka sudah waktunya untuk menarik garis mundur untuk mengetahui pintu informasi yang senantiasa dikunjungi oleh konsumen dalam mencari informasi: SEARCH ENGINE. Dan, sama seperti tempat beriklan digital lainnya, search engine itu measurable. Pageviews, visits, clicks, sales conversions, you name it!


    Fenomena ini pun sudah didukung dengan beberapa fakta, seperti rencana Google untuk membuka kantor di Indonesia dan (desas-desusnya) Indonesia akan menjadi pusat konsentrasi bisnis Google untuk di wilayah Asia Tenggara. As you can see that Google answered Indonesia’s demand and they look like they do not want to waste any time.


    Selain fakta tersebut, sekarang juga sudah mulai menjamurnya PPC Agency di Indonesia. Nah loh! Apa lagi tuh PPC? PPC merupakan singkatan Pay Per Click.


    Pay per click (Bayar per klik) berarti dibayar tiap klik adalah sebuah metode kerjasama periklanan di internet dimana webmaster atau pemilik situs akan dibayar atas setiap klik pengunjung situs pada link iklan yang terpasang di situs web atau blog miliknya.


    Billing system dari jasa SEM adalah PPC. Well..ga cuma Google sih. Facebook Ad juga menggunakan sistem PPC. Hanya saja, Facebook Ad is sooo easy to use and quite powerful to generate traffic into one’s website. Tapi kenapa kalau SEM butuh agensi, sedangkan Facebook Ad tidak terlalu perlu. It is because SEM&SEO membutuhkan specialists yang mengerti cara kerja dan mengerjakan Google AdWords dan Google AdSense (seperti yang saya bilang bahwa Google’s Search Engine-lah yang paling promising di Indonesia). Sedangkan, Facebook Ad cukup simple untuk digunakan, dengan resiko untuk measurement-nya tidak se-fleksibel Google.


    Semuanya bermuara ke satu tempat, yaitu: Customer Behaviour. Apa sih yang mereka ketik di mesin pencari? Seberapa sering konsumen mencari produk Anda? Apakah iklan-iklan di offline dan online cukup berhasil untuk membuat konsumen mencari tahu lebih banyak tentang produk Anda di dunia maya? Apa pertimbangan mereka dalam membeli produk Anda?


    “Find your customer needs and you are pretty much already on the top of the game.”


    Akhir kata, saran saya kepada para marketers: Be critical and persistent in finding you customers’ needs. Dan untuk para ahli SEM&SEO di luar sana: Unleash your potential!!!


    Thanks for reading, guys ;) Don’t forget to drop your comments, suggestions, opinions, even criticisms.


    Friday, February 25, 2011

    Yes, But SMS Won’t Die..Yet


    How many of you are living in the big cities? How many of you owned Blackberry, iPhone, or other smartphones? Do you enjoy BBM (BlackBerry Messenger), YM (Yahoo Messenger) Mobile, Whatsapp, or any other IM (Instant Messaging) applications? And tell me, do you remember one of the greatest invention called SMS (Short Messaging Service)? FYI, SMS was actually developed in the Franco-German GSM cooperation in 1984 by Friedhelm Hillebrand and Bernard Ghillebaert.

    To those who use IM feature on smartphones, do you guys still text?

    An interesting discussion that I had with my girlfriend is that do you think Mobile IM will eventually kill SMS? It is a very interesting topic since the amount of BlackBerry and smartphone – that enable IM – users keeps increasing day by day. Indeed, that the usage of SMS is declining, simply because it saves a lot of money. However, how big it will impact Indonesians way of communicating through mobile phones?

    Indonesia Cellular Communication Association Chairman, Sarwoto Atmosutarno, said that at least by the end of 2010, a half of Indonesia’s population will already own their own mobile phones. Predicted that BlackBerry users in Indonesia will reach 2 million users by the end of 2010, which means almost 0.01% of mobile phones users in Indonesia will – most probably – choose BBM over SMS, let alone the other smartphone users. The number will only go up.

    Before we go a little bit further, let’s do a comparation:

    SMS

    Mobile IM

    Cost

    High Price

    Requires a data plan from the operator

    Access to Users

    Exist on every handset and works between all handsets and networks

    You will need to download the app first, install, sign in, and so on.

    Coverage

    Works everywhere

    Need to be connected to an IP network (either the operator’s data network or through WiFi)

    Micro Payments

    Commonly used for doing small transactions

    N/A

    3rd Party Services

    Retrieve banking information, Movie schedules, etc

    Some contact centers offer customer service via desktop IM

    Filtering/Spamming

    Senders pay for the messages they send. They will think twice before spamming/blasting

    The cost is zero. That means senders can just spam to their contacts, although you still have the capacity to filter them.

    Others Uses

    Commonly used for votings/polls (political campaign, TV reality shows, etc)

    N/A

    Although smartphones is quite a frenzy in Indonesia right now, our infrastructure is not as stable and advanced as you think yet. Indonesia Ministry of Communication and Information is targetting Indonesia to be ‘Information Citizen’ by the year 2015, based on Indonesia’s number increase on Software Houses, Software Developers, e-Education, Piracy Rate, and e-Goverment.

    Thus, in my honest opinion, we will not yet be ready on 2015. Thus, when will Mobile IM replace SMS? It might be, in the next 10 to 15 years and that is if things go as planned.

    For me? When mobile, I use Mobile IM to work & communicate, but I use SMS for ‘telling stories’

    What about you? Do you see SMS and Mobile IM as the exact same thing?

    Thanks for reading.